Pendidikan
Multikultural
Pendidikan multicultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan dan mewadahi perspektif dari berbagai kelompok kultural. Tujuan
penting dari pendidikan multicultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua
murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam prestasi akademik antara murid
kelompok utama dengan kelompok minoritas (Bennet,2003;Pang,2001;Schmidt & Mosenthal,2001).
Sebgai sebuah bidang,pendidikan multicultural mencakup isu-isu yang berkaitan
denganstatus sosioekonomi,etnisitas, dan gender. Karena keadilan social adalah
salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi prasangka dan pedagogi
ekuitas menjadi komponen utamanya (Banks,2001). Reduksi prasangka adalah
aktivitas yang dapat diimplementasikan guru di kelas untuk mengeliminasi
pandangan negative dan stereotype terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah
modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran
yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun perempuan untuk semua kelompok
etnis.
รผ ๐
Memberdayakan Murid
Pemberdayaan berarti memberi orang
kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan
menciptakan dunia yang lebih adil. Menurut pandangan ini,sekolah harus memberi
murid kesempatan untuk belajar tentang pengalaman,perjuangan,dan visi dari
berbagai kelompok kultural dan etnis yang berebda-beda (Banks,2001,2002,2003).
Harapannya adalah hal ini akan meningkatkan rasa harga diri minoritas
,mengurangi prasangka, dan memberikan kesempatan pendidikan yang lebih setara.
รผ ๐
Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Pengajaran yang relevan secara kultural
adalah aspek penting dari pendidikan multicultural (Gay,200;Irvine & Armento,2001).Pengajaran
ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari
pelajar (Pang,2001). Guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan
pengajaran yang relevan secara kultural ke dalam kurikulum karena akan membuat
pengajaran menjadi lebih efektif (Diaz,2001).
รผ ๐
Pendidikan yang Berpusat pada Isu
Dalam pendekatan ini,murid diajari secara
sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan
social.
รผ
Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari
Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
Kelas jigsaw adalah kelas dimana murid dari
berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerjasama untuk
mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan
yang sama.
รผ ๐
Kontak Personal dengan Orang Lain dari Latar
Belakang Kultural yang Berbeda
Hubungan meningkat ketika murid saling
berbicara satu sama lain tentang kecemasan mereka, kesuksesan mereka, kegagalan
mereka, strategi mereka untuk mengatasi maslah, minat mereka, dan sebagainya. Ketika
murid mengungkapkan informasi personal mereka sendiri, mereka lebih mungkin
dianggap sebagai manusia ketimbang sebagai bagian dari suatu kelompok.
รผ
๐Pengambilan Perspektif
Dalam satu latihan, murid-murid belajar
perilaku tertentu yang tepat dari dua kelompok kultural yang berbeda (
Shirts,1997). Kemudian,kedua kelompok itu berinteraksi satu sma lain sesuai
dengan perilaku tersebut.Hasilnya, mereka merasakan kegelisahan sekaligus
pemahaman. Latihan in di desain untuk membantu murid memahami gegar budaya yang
mnucul sebagia akibat dari berada di setting kultural dimana orang berperilaku
dengan cara yang berbeda dengan yang biasa dilakukan murid.
รผ ๐
Pemikiran Kritis dan Intelegensi Emosional
Murid yang berpikir secara mendalam dan
kritis tentang relasi antar-etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan
tak lagi menstereotipkan orang lain.Intelegensi emosional bermanfaat bagi
hubungan antar-etnis.
รผ ๐
Mengurangi Bias
Louise Derman-Sparks dan Anti-Bias
Curriculum Task Force (1989) menciptakan sejumlah alat untuk membantu anak
mengurangi,mengelola,atau bahkan mengeliminasi bias. Pendukung kurikuum
antibias ini berargumen bahwa kendati perbedaan itu baik, namun diskriminasi
bukan sesuatu yang baik.Kurikulum ini lebih mendorong guru untuk menghadapi isu
bias yang mengganggu ketimbang menutup-nutupi bias itu.
รผ ๐
Meningkatkan Toleransi
รผ ๐
Sekolah dan Komunitas sebagai Satu Tim
Psikiater dari Yale, James Comer (1988;Comer,dkk.,1996)percaya
bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak. Ada tiga aspek
penting dari Comer Project, yakni : (1)pemerintah dan tim manajemen yang mengembangkan
rencana sekolah yang komprehensif, penilaian
strategi, dan program pengembangan staf;
(2)tim pendukung sekolah dan kesehatan
mental; dan
(3)program orang tua (Goldbrg,1997)
0 komentar:
Posting Komentar